Qadla adalah ketentuan dari Allah SWT yang telah ditetapkan bagi manusia. Ketentuan Allah bisa berupa penyakit, kecacatan, bencana, atau bentuk ujian lain sesuai dengan kehendak Allah SWT. Qadla adalah suatu ketentuan yang murni datangnya dari Allah untuk menguji keridlaan manusia terhadap apa-apa yang telah ditetapkan Allah. Oleh karena itu, sebagai seorang hamba yang berserah diri kepada-Nya, maka wajib bagi kita menerima qadla-Nya dengan hati yang ikhlas.
Syara’ memuji seorang hamba yang berserah diri terhadap qadla. Sebagaimana telah dijelaskan di dalam hadis, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku akan memberitahumu satu kalimat yang datang dari ‘Arsy dan dari gudangnya surga, yaitu,“Tiada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan (kekuasaan Allah).” Allah berfirman, “Sungguh hamba-Ku telah tunduk dan berserah diri kepada-Ku.”
Hadis tersebut menjelaskan pujian Allah terhadap seseorang yang menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT. Memang, seseorang itu tidak dimintai pertanggungjawaban atas qadla yang telah menimpanya. Namun, setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas keridlaannya terhadap qadla yang telah menimpanya.
Marah terhadap qadla Allah SWT hukumnya haram. Keharaman terhadap qadla ini ditunjukkan oleh hadis Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya, jika Allah akan mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan ujian kepada mereka. Barang siapa yang bersabar, maka kesabaran itu bermanfaat baginya. Dan barangsiapa yang marah (tidak bersabar) maka kemarahan itu akan kembali kepadanya.”
Dengan demikian, sebagai seorang hamba tidaklah patut kita berkeluh kesah apalagi sampai marah ketika Allah sedang menguji kita dengan suatu musibah. Karena salah satu tanda cinta Allah kepada hamba-Nya adalah dengan memberikannya ujian. Semakin Allah SWT mencintai hamba tersebut, maka semakin bertambahlah ujian yang diberikan-Nya kepada seorang hamba.
Sesungguhnya ujian itu diberikan Allah sebagai sarana agar seorang hamba semakin dekat kepada-Nya. Bukankah dengan diberikan kelemahan dan kekurangan itu justru membuat kita semakin meminta pertolongan kepada-Nya. Dan bukankah dilapangkannya urusan kita justru seringkali membuat diri kita lalai dan semakin jauh dari Allah SWT.
Maasyiral Muslimin Jamaah Jumah Rahimakumullah
Sikap seorang yang ridla terhadap qadla dari Allah SWT akan menjadi penebus atas dosa-dosanya, dan sebagai sarana dihapuskannya kesalahan. Hanya dengan ujianlah Allah dapat menghapus kesalahan seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi ini tanpa kesalahan sedikitpun sehingga ia kembali ke hadapan Allah SWT dalam keadaan suci dan bersih tanpa noda dan dosa sedikitpun. Terkait dengan ini
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, berupa sakit yang berterus-terusan, sakit biasa, kebingungan, kesedihan, kegundahan, hingga duri yang menusuknya, maka pasti musibah itu akan menjadi penghapus bagi kesalahan-kesalahan-Nya.”
Hadis tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya setiap musibah yang menimpa manusia itu patut kita syukuri dan kita terima dengan ikhlas dan senang hati. Betapa tidak, jika ternyata dengan ujian yang menimpa kita justru mengantarkan kita pada dihapusnya kesalahan-kesalahan yang telah lalu.
Setiap muslim yang mendapatkan musibah kemudian ia bersabar dan menerima qadla Allah seraya besyukur dan tidak mengadukkan musibahnya kecuali kepada Allah maka baginya pahala atas keridlaannya tersebut. Patut kiranya kita renungkan hadis berikut ini:
“Seorang wanita hitam datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata: Ya Rasulallah, aku biasa terkena ayan dan auratku suka tersingkap karenanya, maka berdoalah kepada Allah untukku. Rasulullah SAW bersabda,’Jika engkau mau bersabar, maka bagimu surga. Tapi jika engkau mau, maka aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu. Wanita itu berkata,’Aku akan bersabar saja. Tapi auratku suka tersingkap, maka berdoalah untukku agar auratku tidak tersingkap.” Kemudian Rasulullah berdoa untuknya.”
Dan di dalam hadis yang lain dijelaskan juga bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa saja yang ditimpa musibah atas hartanya atau jiwanya, kemudian ia menyembunyikannya dan tidak mengadukannya kepada manusia, maka Allah pasti akan mengampuninya.”
Dan di dalam hadis lain juga disebutkan:
“Maka pasti Allah dengan musibah itu akan mencatat satu kebaikan baginya”
Dengan demikian sangatlah jelas bagi kita bahwa keridlaan kita terhadap setiap musibah yang menimpa kita justru menjadi sarana bagi kita untuk dicintai Allah SWT, semakin mendekatkan diri kepada-Nya, menjadi sarana terhapusnya dosa dan kesalahan serta menjadi pintu akan datangnya pahala dan dimasukkannya kita ke dalam surga-Nya. Amin.
No comments:
Post a Comment